Wednesday 1 November 2017

Jurnal : Komunikasi Intrapersonal Comic Dalam Membuat Materi Stand-Up Comedy

(Studi Fenomenologi pada Comic di Komunitas Stand-Up Comedy Surabaya)

Hasbi Ainur Rohman (2017)
hasbiiki@gmail.com - 08166xxxxx
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Budaya,
Universitas Trunojoyo Madura

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal comic dalam membuat materi stand-up comedy di Komunitas Stand-Up Comedy Surabaya. Komunikasi intrapersonal dibagi dalam tiga kajian utama yaitu proses pengolahan informasi, merancang pesan, dan pernyataan. Subjek dari penelitian ini adalah comic yang tergabung pada Komunitas Stand-Up Comedy Surabaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Informan dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan teknik analisis fenomenologi menurut Creswell. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan tentang adanya proses pengolahan informasi yang meliputi proses menangkap peristiwa dengan alat indra mata dan telinga, pemberian makna cenderung mengenai keresahan dan berdasar pengetahuan comic, menyimpan peristiwa kemudian me-recall dan recognition, terakhir pada proses berpikir secara realistik pada premise dan set-up, sedangkan pada punchline berpikir secara autistik. Merancang pesan dengan pertimbangan terhadap penonton dan aturan-aturan, serta ada beberapa usaha para comic untuk beraspirasi pada penonton. Pernyataan yang dibuat menggunakan kata-kata sesingkat mungkin dengan proposisi dimulai pada yang logis dahulu dan memberikan ekspresi dalam materinya. Kehendak berupa penegasan dibeberapa bagian materi, adapun kehendak berupa penyambutan diawal dan akhir materi, serta menghibur pada bagian isi materi. Pernyataan yang dibuat bermaksud mempengaruhi penonton untuk tertawa dan ada pula pernyataan yang dibuat berupa argumen persuasif mengenai suatu topik.

Kata kunci : komunikasi intrapersonal, comic, materi stand-up comedy
Abstract dalam bahasa inggris ada di sini (Abstract Example)


PENDAHULUAN

Secara umum komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia (Soyomukti, 2010: 56). Komunikasi pada umumnya melibatkan manusia sebagai pelaku penyampaian pesan serta sebagai penerima pesannya. Komunikasi ini akan terjadi apabila ada komunikator yang menyampaikan pesan untuk diterima oleh komunikan kemudian menimbulkan umpan balik. Selain itu, ada komunikasi intrapersonal yang menjadi salah satu faktor penting dalam berjalannya komunikasi-komunikasi dalam konteks lainnya.

Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator (Laksana, 2015: 47). Proses mengelolah informasi yang disebut komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir (Rakhmat, 1985: 48). Dalam komunikasi intrapersonal seorang individu akan bertindak sebagai komunikator sekaligus komunikan dan memberikan umpan balik pada dirinya sendiri. Aktivitas komunikasi intrapersonal sebagai salah satu konteks komunikasi yang paling dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Hingga pada saat ini, berbagai profesi sering kali menggunakan komunikasi intrapersonal sebagai salah satu jalan untuk membuat rencana. Salah satu profesi yang paling mengandalkan komunikasi intrapersonal yaitu profesi pelawak dalam pertunjukan stand-up comedy

Pertunjukan stand-up comedy adalah salah satu jenis profesi melawak yang pelawaknya berada di atas panggung seorang diri, membawakan karya komedi dengan bermonolog mengenai sesuatu topik. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan sebagai comic. Pragiwaksono dalam bukunya menjelaskan masuknya pertunjukan ini ke indonesia, bahwa stand-up comedy mulai berkiprah di Indonesia pada tahun 2000-an hingga meledaknya stand-up comedy pada 13 Juli 2011. Tepat pada 13 juli adalah tanggal penting untuk stand-up comedy di Indonesia, ini adalah tanggal berdirinya komunitas stand-up Indo (Pragiwaksono, 2012: 8).

Profesi atau keahlian stand-up comedy menuntut pelakunya untuk dapat berkomunikasi dengan publik secara baik dan memerlukan kemampuan dalam komunikasi intrapersonal dalam membuat materinya. Walaupun cukup banyak bidang profesi yang melibatkan komunikasi intrpersonal, namun stand-up comedy merupakan salah satu yang paling menuntut pelakunya untuk pandai dalam berkomunikasi dengan dirinya sendiri, artinya seseorang yang akan melakukan pertunjukan stand-up comedy harus merencanakan dan membuat materi atau topik dengan cara berkomunikasi pada dirinya sendiri.

Materi stand-up comedy dibuat berdasarkan tahapan-tahapan yang sudah dirancang oleh comic sendiri. Papana menjelaskan bahwa, semua bahan yang anda perlukan ada di dalam diri anda sendiri. Dalam hidup anda, lingkungan, keluarga, pergaulan, sekolah, dan pikira, perhatian atau masalah anda (Papana, 2016: 47). Seorang comic lebih cenderung untuk membuat materi sesuai dengan pengalaman sendiri ataupun dengan dunia sekitarnya. Oleh karena itu, proses komunikasi intrapersonal ini akan menjadi menjadi bahasan berkaitan dengan comic dalam membuat materi stand-up comedy, mulai dari awal menemukan ide hingga menjadi sebuah materi yang siap untuk ditampilkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Komunikas Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator (Laksana, 2015: 47). Komunikasi intrapersonal merupakan hubungan yang terjalin dengan diri sendiri. Seorang yang berperan sebagai komunikator sekaligus sebagai komunikan, berbicara dengan dirinya sendiri, bertanya dengan dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri. Ada sebuah sistem dalam komunikasi intrapersonal yaitu proses pengolahan informasi meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir (Rohim, 2009: 59). Selain itu, dijelaskan pula oleh Rakhmat, mengenai proses pengolahan informasi yang dimulai dari orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, menghasilkan kembali (Rakhmat, 1985: 48).

Sensasi berasal dari kata sense yang berarti pengindraan, yang menghubungkan makhluk hidup dengan dunia luar (Soyomukti, 2010: 111). Kemudian berlanjut pada persepsi, disini manusia akan memperoleh pengetahuan baru, proses persepsi ini mengubah sensasi menjadi informasi yang dapat diartikan, setelah itu informasi bisa berlanjut pada proses berpikir atau disimpan pada memori. Menurut Schlessinger dan Groves (1976) memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Rakhmat, 1985: 61). Selain itu, berpikir adalah proses yang melibatkan sensasi, persepsi, dan memori. Objek tidak harus ada sebagai bentuk nyata, hanya perlu ada di dalam benak seseorang sebagai konsep dan lambang.

Stand-Up Comedy
Stand-up comedy adalah sebuah bentuk pertunjukan seni komedi modern. Biasanya, seorang comedian/comic tempil di depan para penonton membawakan jokes, berbicara langsung kepada mereka dan menghadapi reaksi penonton juga secara langsung dan seketika (Papana, 2016: 5). Biasanya seorang yang tampil ini disebut stand-up comic atau secara singkat disebut comic.

Seorang comic biasanya mencatat, menulis dan menyusun semua materinya. Formula dasar dari format materi stand-up comedy adalah sebuah bit atau joke yang terdiri dari set-up dan punchline, munculnya format materi biasanya diawali dari adanya perasaan terhadap sebuah peristiwa yang biasanya disebut dengan istilah premise. Menurut Dean (2012: 14) set-up dan punchline biasanya didefinisikan sebagai berikut:
  1. Set-up adalah bagian pertama dari joke, yang menyiapkan orang untuk tertawa.
  2. Punchline adalah bagian kedua dari joke, yang membuat orang tertawa.
Message Design Logic
Teori ini dikemukakan oleh Barbara O’Keefe, bahwa manusia berpikir secara berbeda mengenai berkomunikasi, membuat pesan, dan manusia menggunakan logika yang berbeda. O’Keefe (1988) menggunakan istilah logika dalam merancang pesan (message design logic) menjelaskan proses berpikir yang terjadi, sehingga muncul pesan (Morissan, 2013: 185-186. Morissan (2013), Littlejohn dan Foss (2009) Ada tiga logika meliputi logika ekspresif, logika konvensional, dan logika retorika:
  1. Expressive logic yaitu sebagai suatu cara menyatakan perasaan dan pikiran. Pesan dalam cara ini bersifat terbuka, reaktif, dan sifatnya self-centered.
  2. Conventional logic yaitu suatu permainan yang mengikuti aturan. Logika ini bertujuan untuk menyusun pesan sesuai aturan yang diketahui setiap orang.
  3. Rhetorical logic yaitu cara mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan yang dirancang cenderung lentur. Pembicara yang menggunakan logika ini membingkai ulang situasi agar berbagai tujuan dapat tergabung.
Speech-Act Theory
Teori tindakan bicara (Speech-Act Theory) atau secara singkat disebut sebagai teori bicara ini dibangun oleh John Searle, untuk membantu dalam memahami manusia mencapai sesuatu hal dengan kata-katanya. Ketika suatu pernyataan dibuat maka ada beberapa hal yang tercapai dalam pernyataan itu. Morissan (2013), Littlejohn dan Foss (2009) beberapa hal tersebut, yaitu:
  1. Utterance act yaitu suatu pengucapan sederhana dari kata-kata dalam kalimat.
  2. Propositional act adalah perkataan yang dipercayai akan benar, maupun mencoba supaya orang lain mempercayainya.
  3. Illocutionary act merupakan yang paling penting dari speech-act, bahwa anda sedang memenuhi suatu keinginan yang dinamakan aksi berkehendak.
  4. Perlocutionary act yang dirancang supaya berpengaruh pada perilaku orang lain.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian
Stand-up comedy merupakan fonomena yang muncul di indonesia belum lama ini, cukup banyak fakta-fakta yang belum diketahui. Oleh sebab itu, penelitian ini memakai metode fonomenologi sebagai cara untuk menggali fakta di sekeliling stand-up comedy, khususnya mengenai proses pembuatan materi stand-up comedy. Studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam pada subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Pengertian fenomena dalam studi fenomenologi adalah pengalaman atau peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek (Pujileksono, 2015: 65). Sesuai dengan rencana penulis, maka jalannya penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 april 2017 sampai 23 juni 2017.

Objek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spredley dinamakan “social situation” atau situasi yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergi. (Sugiyono, 2012: 215). Penelitian ini akan menggali jalannya komunikasi intrapersonal yang dialami seorang comic saat proses membuat materi stand-up comedy mulai dari awal menemukan ide, proses berjalannya pembuatan materi, penyempurnaan materi, hingga menghasilkan materi yang siap ditampilkan pada stand-up comedy show.

Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan subjek. Hanya lima anggota yang dijadikan subjek berdasarkan purposive sampling. Ketentuannya, yaitu comic yang tergabung dalam Komunitas Stand-Up Comedy Surabaya, sudah mampu membuat materi stand-up comedy, pernah tampil dalam stand-up comedy show, menjadi panutan di dalam Komunitas Stand-Up Comedy Surabaya.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan kelengkapan informasi atau data yang sesuai dengan fokus penelitian. Oleh sebab itu, teknik pengumpulan data yang tepat dengan metode fenomenologi adalah teknik wawancara mendalam dan teknik observasi partisipan. Selain itu, penelitian ini memerlukan teknik dokumentasi sebagai bukti dan sumber data sekunder.

Teknik Analisis Data
Sebagai penelitian dengan metode fenomenologi, maka penulis memakai teknik analisis data menggunakan pemikiran Creswell dalam penelitian fenomenologi. Kuswarno (2009: 72) menerangkan analisis data penelitian fenomenologi menurut Creswell. Dimulai dari penulis mendeskripsikan secara menyeluruh pengalamannya. Membuat horisonalisasi data, kembangkan rincian tersebut dengan tidak melakukan tumpang tindih. Kemudian, pernyataan-pernyataan dikelompokkan ke dalam meaning unit. Menuliskan sebuah textural description termasuk contoh-contohnya secara seksama. Setelah itu, penulis kemudian menggunakan imaginative variation atau stuctural description, mencari keseluruhan makna yang memungkinkan dan melalui divergent perspectives, mempertimbangkan krangka rujukan atas phenomenom, dan mengkonstruksikan bagaimana gejala tersebut dialami. Berlanjut, mengkontruksikan seluruh makna dan essence pengalamannya. Setelah semua itu dilakukan, kemudian menulis composite description.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Menemukan Ide untuk Membuat Materi Stand-Up Comedy
Seorang comic membutuhkan sebuah ide untuk dijadikan materi, umumnya sebuah ide materi stand-up comedy didapat dari peristiwa yang dialami oleh comic. Soyomukti menjelaskan, sensasi berasal dari kata sense yang berarti pengindraan, yang menghubungkan makhluk hidup dengan dunia luar (Soyomukti, 2010; 111). Proses sensasi ini menjadi jalan awal dari para comic untuk mendapatkan pengalamannya, nantinya setelah sebuah pengalaman ditangkap oleh alat indra akan menjadi sebuah ide-ide sebagai bahan awal pembuatan materi stand-up comedy. Sensasi ini hanya terjadi dalam ruang lingkup penangkapan stimulus saja, tidak ada proses memaknai di dalamnya.

Memaknai Peristiwa dalam Membuat Materi Stand-Up Comedy
Jalannya pemaknaan itu tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor perhatian, fungsional, dan struktural. Mengenai persepsi comic terhadap sebuah peristiwa ini menerangkan bahwa persepsi ini menjadi bagian penting terutama persepsi yang dipengaruhi faktor perhatian berupa hal yang menarik, tema pertunjukan, atau minat mereka, serta faktor fungsional sering kali mendorong comic kearah keresahan sebagai kebutuhan dalam materi stand-up comedy dan terpengaruh pula oleh kerangka rujukan mereka. Selain itu, persepsi karena faktor struktural terkadang dapat berpengaruh dibeberapa teknik materi stand-up comedy, khususnya materi berupa cerita. Setelah beberapa peristiwa telah dimaknai kemudian berlanjut pada penulisan langsung atau jika penulisan tidak dapat dilakukan para comic akan menyimpan makna-makna peristiwa itu dalam memori, sehingga pada waktu yang lain peristiwa dari para comic bisa diingat kembali.

Mengingat Peristiwa untuk Dijadikan Materi Stand-Up Comedy
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Setiap ada rangsangan dari luar yang masuk lewat alat indera, secara sadar atau tidak, ia akan direkam (Soyomukti, 2010; 111). Para comic biasanya akan melakukan catatan-catatan tertentu ketika menemukan peristiwa atau hanya membiarkan peristiwa itu terekam dalam memori tanpa mencatat. Selain itu, kejadian yang berasal dari masa lalu akan berusahan untuk dipanggil kembali.

Penjelasan mengenai memori yang dilakukan oleh comic ini adalah dengan melakukan recall dan recognition. Sebagian besar comic akan lebih sering recall dan recognition dibandingkan pengingatan yang lain. Biasanya comic yang melakukan recall adalah mereka yang memiliki kebiasaan-kebiasaan mengingat tanpa mencatatnya atau jika peristiwa yang telah berlalu dimasa yang terdahulu. Sedangkan comic yang mencatat akan me-recognition peristiwanya mereka dengan membaca catatan atau mendengarkan rekamannya sendiri untuk mengingat sebuah peristiwa yang telah dialami.

Mengolah Peristiwa untuk Dijadikan Materi Stand-Up Comedy
Berpikir adalah proses yang lengkap, yang melibatkan proses sensasi, persepsi, maupun memori. Tindakan ini melibatkan penggunaan konsep, lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa (Soyomukti, 2010; 114). Comic memiliki struktur sendiri untuk membuat materi stand-up comedy. Jika berbicara soal stand-up comedy, maka tujuan berpikir dari seorang comic adalah membuat kelucuan dari sebuah peristiwa atau kejadian. Sehingga pola berpikirnya akan memvisualisasikan kejadian tersebut dalam pikiran dengan dipadukan bersama struktur premise, set-up, dan punchline sehingga tercipta kelucuan dalam sebuah peristiwa.

Tahapan-tahapan pembuatan materi stand-up comedy ini memberikan penerangan mengenai cara berpikir comic dengan melakukan visualisasi peristiwa yang kemudian dipadukan dengan premise, set-up dan punchline. Dalam membuat premise dan set-up dengan cara berpikir realistik. Sedangkan, membuat punchline dengan menggunakan pemikirian autistik, walaupun beberapa peristiwa yang memang sudah memiliki kelucuan bagi para comic tidak memerlukan pemikiran autistik dalam punchline yang digunakan.

Secara keseluruhan comic akan memakai pemikirannya dalam membuat materi stand-up comedy, khusunya dalam memvisualisasikan peristiwa yang dialami secara realistik pada premise dan set-up, sedangkan memberikan sentuhan imajinasi autistik pada bagian punchline. Terlebih dari itu, comic memakai pemikirannya untuk mempertimbangkan kelayakan materinya dalam pertunjukan stand-up comedy, pertimbangan yang dilakukan adalah dengan cara meminta pendapat orang lain sebagai pandangan dan visualisasi baru bagi para comic. Selain itu, comic akan mempertimbangkan secara personal dengan memanfaatkan pengetehuan-pengetahuan tentang humor atau mencoba menumbuhkan sense of humor dengan cara membaca berulang serta membayangkan kelucuan yang terdapat pada materinya. Jika sebuah materi sudah dirasa lucu dan layak untuk ditampilkan, maka akan dibawakan dalam sebuah pertunjukan stand-up comedy yang berbayar.

Pertimbangan dalam Materi Stand-Up Comedy
Pertimbangan yang dilakukan oleh comic tidak sebatas dalam menemukan sebuah kelucuan, mereka mempertimbangkan sesuatu diluar kelucuan itu. Mengenai pertimbangan pesan dalam materi yang disampaikan kepada penonton memberikan fakta, bahwa sebagai seorang comic tidaklah memakai pesan-pesan yang sifatnya terbuka, reaktif, dan terpusat pada diri pembicara, dalam kata lain seorang comic tidaklah memakai expressive design logic karena materi yang disampaikan kepada penonton masih memperhatikan dan mempertimbangkan kesesuaian terhadap penonton. Umumnya comic dalam membuat materi tidak terlalu memberi perhatian khusus terhadap materinya, akan tetapi ada proses lanjutan yang akan dilalui seorang comic ketika akan menampilkan materinya, ada pertimbangan yang akan dilakukan agar materinya dapat diterima oleh penonton dan tidak melanggar aturan-aturan yang dipahami oleh penonton.

Akhirnya telah dipahami bahwa logika yang dipakai oleh para comic bukanlah expressive design logic yang terpusat pada disi seorang comic karena ada tahapa pertibangan lebih lanjut yang biasanya menentukan kesesuaian materi tersebut untuk ditampilkan kepada penonton. Artinya logika yang dipakai oleh comic adalah conventional design logic dengan cara memperhatikan materinya agar tidak melanggar aturan-aturan norma atau aturan yang dipahami oleh penonton serta pihak yang terlibat, termasuk aturan-aturan dalam pertunjukan stand-up comedy.

Aspirasi dalam Materi Stand-Up Comedy
Stand-up comedy merupakan seni pertunujak yang memiliki daya tarik sendiri, dalam sejarahnya pertunjukan ini sempat digunakan sebagai ajang penyampaian aspirasi atau kritik-kritik pada pihak tertentu untuk mengubah beberapa hal yang dianggap salah. Akan tetapi, dalam perkembangan stand-up comedy sedikit mengalami perubahan pada segi materi yang disampaikan. Saat ini materi yang disampaikan lebih sering dimaksudkan untuk menghibur semata bukan karena mengubah aturan.

Materi stand-up comedy yang dibuat para comic ini lebih banyak bermaksud untuk menghibur semata tanpa ada maksud sebagai cara mengubah aturan melalui negosiasi. Meskipun seperti itu, beberapa materi yang dibuat oleh comic masih mengaplikasi aspirasi dalam materinya untuk mengubah aturan dan sikap yang dianggap tidak benar, dengan cara membuat materinya menjadi fleksibel atau lebih masuk akal. Keseluruhan pembahasan ini mengacu kepada retorical design logic yang masih dipakai oleh beberapa comic dan dibeberpa materinya. Sedangkan, beberapa comic yang lain hanya bermaksud menghibur penonton saja tanpa ada niatan beraspirasi.

Kata-kata dalam Materi Stand-Up Comedy
Speech-act theory yang kebanyakan dihubungkan dengan John Searle dirancang untuk membantu kita memahami bagaimana manusia menyempurnakan hal dengan kata-katanya (Littlejohn dan Foss, 2009; 163). Penulis akan membahas bagaimana pernyataan-penyataan yang dibuat oleh comic dalam materi stand-up comedy. Lebih khususnya dalam sub bab ini akan membahas bagaimana kata-kata dalam materi dirancang secara sederhana. Seperti apa kata-kata tersebut dibuat hingga menjadi kalimat dalam materi atau kemungkinan kata-kata apa saja yang dipilih oleh seorang comic dalam materinya, akan dijelaskan oleh penulis dalam pembahasa ini.

Utterance act yaitu suatu pengucapan sederhana dari kata-kata dalam kalimat. Dalam materi stand-up comedy dijelaskan bahwa bentuk dari kata-kata materi stand-up comedy merupakan kata-kata yang telah dipilih dengan penyesuaian, sehingga membentuk kalimat yang singkat dan menimbulkan tawa. Penyesuaian itu dilakukan dengan cara memilih kata-kata yang dianggap tepat atau unik untuk dimasukan ke dalam struktur materi stand-up comedy, mengurangi kata-kata yang dianggap tidak perlu, atau menggati kata-kata dengan yang lebih singkat dan sesuai. Setelah sebuah kata-kata sudah terbentuk menjadi kalimat dalam materi stand-up comedy, seorang comic akan memberikan tambahan teknik-teknik untuk meyakinkan penonton.

Penegasan dalam Materi Stand-Up Comedy
Penambahan teknik dalam stand-up comedy menjadikan sebuah materi dapat meyakinkan penonton. Penulis mengacu kepada propositional act, dimana seorang pembicara akan berusahan meyakinkan orang lain agar percaya dengan mengucapkan pernyataan. Ini berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya non-verbal atau tidak tertulis di dalam materi stand-up comedy, sehingga materi stand-up comedy akan lebih terkesan tegas dan lebih dipercayai oleh penonton. Comic begitu memperhatikan adanya penegasan-penegasan atau ekspresi dalam materi yang dibuatnya. Mengenai ekspresi-ekspresi yang digunakan oleh comic untuk membuat penonton percaya ini memang telah terbukti pada beberapa penamilan mereka. Mereka yang tempil dengan ekspresi yang sesuai akan mendapat respon dan perhatian dari penonton..

Dapat ditarik inti dari propositional act yang digunakan oleh seorang comic dalam materinya adalah dengan menyusun materi berdasarkan proposisi yang logis terlebih dahulu, kemudian, meyakini materinya sendiri agar dapat dipercayai penonton, setelah itu menanamkan ekspresi-ekspresi dalam materi yang telah dibuat. Perlakuan ini akan dilakukan oleh setiap comic dalam mempertegaskan materinya. Selain itu, penegasan dalam materi ini dapat mendorong terjadinya illocutionary act, seorang comic biasanya menyampaikan maksud-maksud atau keinginan tertentu di dalam materinya dengan tujuan agar dapat dipahami oleh penonton.

Kehendak dalam Materi Stand-Up Comedy
Pemahaman yang dimaksud berkaitan dengan satu set materi, jadi dari awal materi hingga pada penutupan. Satu set materi biasanya berisikan pembukaan, runtunan sebuah bit atau kumpulan premise, set-up dan punchline, hingga pada penutupan. Ini akan membahas tentang susunan materi dalam satu set, proposisi yang terkandung di dalamnya, dan keinginan / kehendak yang dibuat oleh comic.

Illocutionary act yang dilakukan oleh para comic dengan pola-pola yang sudah disusun menjadi satu set materi. Awal materi adalah dengan menggunakan salam kepada penonton dengan maksud atau kehendak comic dipahami dalam memulai pertunjukan dan mengharap perhatiannya, selanjutnya memulai materi-materi berupa premise, set-up dan punchline dengan kehandak agar penonton mengikuti dan tertawa. Pada bagian premise dan set-up, comic akan mempertegas pernyataannya agar dipahami alur ceritanya dan diikuti, kemudian pada bagian punchline akan memberikan kelucuan dengan kehendak agar penonton terhibur dan tertawa. Setelah itu, pada bagian penutup akan diberikan materi-materi yang memiliki tingkat kelucuan yang cukup besar dengan maksud agar penonton dapat mengingat penampilan dari comic tersebut dan akhirnya salam penutupan sebagai kehendak mengakhiri pertunjukannya.

Jenis illocutionary act yang diperlihatkan oleh comic ada pada bagian runtunan materi yang dibuat oleh comic, biasanya comic akan melakukan pengulangan kalimat atau imbuhan pada kata-kata untuk membuat sebuah materi terkesan tegas dan ada pernyataan berupa kesimpulan dalam sebuah materi yang ditanamkan dalam beberapa pauchline, hal itu dapat diartikan sebagai jenis assertives. Jenis illocutionary act lain yang sering dimaksudkan oleh comic adalah expressives, sering kali jenis ini menjadi tolak ukur bagi para comic dimana pada isinya menyertakan aspek kondisi pembicara, berterima kasih, mengucap selamat, permintaan maaf, menghibur, dan penyambutan.

Pengaruh dalam Materi Stand-Up Comedy
Perlocutionary act adalah pernyataan yang berusaha agar pendengar melakukan sesuatu. Pada bahasan kali ini akan menggali mengenai keberadaan pernyataan-pernyataan dalam materi stand-up comedy yang bermaksud untuk mempengaruhi penonton. Sebagai seorang comic tentunya tampil di atas panggung dengan kehendak-kehendak tertentu yang sudah ditanamkan dalam satu set materi, dalam satu set materi tersebut ada bagian isi materi meliputi beberapa bit yang isinya set-up dan punchline. Isi materi ini yang merupakan pokok bahasan terakhir, khususnya dalam beberapa pernyataan yang berusaha untuk mempengaruhi penonton dalam melakukan tindakan.

Fokus utama dari para comic adalah mempengaruhi penonton agar mendengarkan dan tertawa, meskipun begitu ada beberapa pernyataan persuasif yang sengaja dibuat dalam materi agar penonton melakukan sesuatu yang diinginkan oleh comic. Sebagian besar comic hanya akan berusaha melakukan illocutionary act untuk membuat penonton mendengarkan dan tertawa. Sebagian lain dari comic akan membuat beberapa materi yang terkadang mengandung pendapat mereka untuk membuat penonton terpengaruh oleh argumennya, sehingga melakukan tindakan sesuai dengan yang diharapkan oleh comic.


PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka temuan penelitian ini dapat disimpulkan, sebagai berikut:

Komunikasi intrapersonal comic dimulai menemukan ide berupa peristiwa yang ditangkap oleh alat indra mata dan telinga. Kemudian pada persepsi yang terpengaruhi faktor perhatian pada tema tertentu, peristiwa unik, dan yang sering dilakukan. Selain itu, faktor fungsional memandang peristiwa menjadi keresahan dan tergantung pengetahuan. faktor struktural mempengaruhi comic yang membuat materi berupa cerita. Adapun proses pada memori, comic akan lebih sering melakukan recall dan recognition. Comic melakukan recall adalah yang terbiasa mengingat, Sedangkaan comic yang mencatat akan me-recognition. Berakhir pada pengolahan peristiwa, Umumnya premise dan set-up akan dipikirkan secara realistik, sedangkan punchline dipikirkan dengan autistik. Kemudian melalui proses pertimbangan materi, comic akan menetapkan keputusannya setelah membaca berulang-ulang materi, open mic dan comedy buddy.

Komunikasi intrapersonal ini juga terlibat dalam mempertimbangkan pesan yang akan ditampilkan pada pertunjukan stand-up comedy menggunakan logikanya, bahwa logika yang oleh comic adalah conventional design logic dengan cara memperhatikan materinya agar tidak melanggar aturan-aturan norma atau aturan yang dipahami oleh pihak yang terlibat. Selain itu, beberapa comic memiliki logika yang berusaha untuk melakukan perubahan cara pandangan khalayak yang ada, hal ini mengacu pada retorical design logic yang masih dipakai oleh beberapa comic dan dibeberpa materinya. Sedangkan, beberapa comic yang lain hanya bermaksud menghibur penonton saja.

Komunikasi Intrapersonal juga melibatkan seaorang comic untuk mempersiapkan pernyataan-pernyataan dalam membuat materi. Tahap awalnya adalah utterance act merupakan bentuk dari kata-kata yang telah dipilih. Selanjutnya propositional act yang digunakan oleh seorang comic adalah berdasarkan proposisi yang logis terlebih dahulu, kemudian meyakini tentang materinya sendiri, setelah itu menanamkan ekspresi-ekspresi dalam materi tersebut. Kemudian dari proposisi yang telah terbentuk terdapat kehendak yang dimiliki comic, biasanya comic akan melakukan pengulangan kalimat atau imbuhan pada kata-kata untuk membuat sebuah materi terkesan tegas atau pada bagian puncline seolah memberikan kelucuan akan tetapi ada pernyataan berupa kesimpulan, dapat diartikan sebagai assertives. Selain itu, jenis expressives, Adanya kehendak-kehendak menyambut orang-orang tertentu, mengucapkan terima kasih pada akhir acara, serta menghibur pada bagian-bagian materi, terutama pada bagian punchline. Meskipun begitu ada beberapa pernyataan persuasif berupa argumen yang sengaja dibuat dalam materi agar penonton melakukan sesuatu yang di inginkan oleh comic.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi semua pihak, saran yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
  1. Bagi institusi pendidikan Universitas Trunojoyo Madura diharap hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan referensi mengenai informasi terkait stand-up comedy, khususnya mengenai para pelakunya dalam membuat materi stand-up comedy.
  2. Bagi peneliti yang tertatik untuk meneliti mengenai pertujukan stand-up comedy diharap dapat melakukan penelitian yang lebih baik, serta penulis menyampaikan masukan mengenai sesuatu yang berkaitan dengan comic wanita, ini adalah hal yang menarik untuk diteliti karena kaum wanita adalah kaum minoritas di dalam sebuah perkumpulan comic stand-up comedy.
  3. Bagi para comic diharap dapat selalu berkarya dalam bidang komedi dengan sekreatif mungkin, serta dapat mengembangkan pertunjukan stand-up comedy di Indonesia dengan semestinya. Selain itu, penulis menyampaikan dengan sepenuh harapan agar pertunjukan stand-up comedy dapat bermanfaat dalam banyak hal, khusunya dalam menyampaiakan materi yang menghibur dan tetap dapat memberikan kontrol sosial, pendidikan, dan informasi bagi para khalayaknya.
Foto dokumentasi dengan salah satu narasumber :
Dodit Wahyudi Mulyanto (Dodit Mulyanto)


DAFTAR PUSTAKA

Dean, G. (2012). Step by step to stand-up comedy. Jakarta: Bukune.
Kuswarno, E. (2009). Fenomenologi: Metodologi penelitian komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Laksana, M.W. (2015). Psikologi komunikasi: Membangun komunikasi yang efektif dalam interaksi manusia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Littlejohn, S.W., & Foss, K.A. (2009). Teori komunikasi. (Mohammad Yusuf Hamdan, Penerjemah). Jakarta : Salemba Humanika.
Morissan. (2013). Teori komunikasi: Individu hingga massa. Jakarta : Kencana Penadamedia Group.
Papana, R. (2016). Buku besar stand-up comedy indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Pragiwaksono, P. (2012), Merdeka dalam bercanda. Bandung: Bentang Pustaka.
Pujileksono, S. (2015). Metode penelitian komunikasi kualitatif. Malang: Intrans Publishing.
Rakhmat, J. (1985). Psikologi komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Rohim, H.S. (2009). Teori komunikasi: Perpektif, ragam, dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soyomukti, N. (2010). Pengantar ilmu komunikasi. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Labels:

1 Comments:

At 6 December 2017 at 11:37 , Blogger Hasbi Ainur Rohman said...

Berbagi Ilmu

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home