Sunday 22 April 2018

Saat Interview Trans Media Digital Development Program 2018

Kali ini aku mau ngelanjutin ceritaku saat menjalani proses recruitment Trans Media Digital Development Program (DDP) 2018, sebelumnya aku sempat membagikan cerita saat menjalani psikotes di sini (Psikotes Trans Media). Nah setelah aku menjalani psikotes, aku dinyatakan lolos dan menlanjutkan ke tahap interview pada tanggal 26 februari 2018.

Cerita kali ini aku awali saat aku mulai membuka mata, saat itu aku berhasil bangun lebih pagi ketimbang saat psikotes kemarin. Berhubung bangunnya pagi akhirnya bisa lebih santai dan menyiapkan segalanya dari mulai peralatan hingga pakaian. Ku pakai beberapa pakaian yang lebih formal dari kemarin, mulai sepatu pantofel, celana kain, sabuk, kemeja, hingga jas, cuma dasi yang tidak aku pakai karena dasiku hilang entah ke mana. Intinya aku pakai pakaian yang sekiranya formal, nyaman, dan terpenting aku memiliki pakaian itu sendiri, jangan memaksakan untuk menggunkan sesuatu yang gak kita punya karena nanti kita malah kebingunan buat pinjem siapa. Setelah semua sudah siap, aku langsung berangkat sekitar pukul 08.00 pagi.

Sesudahnya di lokasi aku harus menunggu seperti kemarin, kali ini aku juga mendapatkan kloter kedua dengan jadwal masuk pukul 10.00. Kondisi saat itu sedikit lebih kondusif dibandingkan saat psikotes, walaupun jumlah peserta masih terbilang banyak sekitar 442 peserta yang lolos untuk interview. Jumlah peserta yang cukup banyak ini selalu membuat jadwal tidak berjalan dengan baik, akibatnya jadwalku yang harusnya pukul 10.00 baru dipersilahkan mengantri pada pukul 11.00an.

Dimulai dari mengantri untuk pengecekan berkas yang berlangsung lumayan lama. Hingga akhirnya giliranku untuk menunjukan seluruh berkasku yang meliputi pas foto 4x6, fotokopi KTP, print out fomulir, curriculum vitae, fotokopi ijazah dan fotokopi transkrip nilai. Setelah pengecekan itu, aku kira bisa langsung menuju ruangan interview tapi ternyata aku harus menunggu di ruangan lain.

Lagi-lagi proses menunggu harus aku terima, walaupun aku tidak suka jika harus menunggu berjam-jam. Meskipun aku tidak menyukai hal ini tapi aku tetaplah harus menjalani proses menunggu semacam ini, dari mulai pukul 11.30an aku masuk ruang tunggu yang gak ada kursinya. Semacam ospek kali ya, kita dipersilahkan berpakaian formal tapi harus duduk tanpa alas. Proses menunggu tanpa alas itu berlangsung cukup lama, jadi seperti biasa aku memutuskan untuk berkenalan dengan peserta lain. Kebetulan disampingku ada satu orang bernama Haris, boleh dikata dia adalah sosok lelaki yang sudah berpengalaman bekerja. Banyak yang kita obrolkan dari mulai asal-usul kita hingga pengalaman kerja dan pengalaman interview.

Dua jam lebih aku harus menunggu hingga akhirnya sekitar pukul 14.00 aku mendapat giliran untuk berpindah ruangan, ya cuma berpindah ruangan. Setidaknya ruangan yang berikutnya lebih layak dengan kursi dan pendingin ruangan. Di ruangan itu, berkas yang aku bawa dikumpulkan dan menunggu giliran masuk ke ruangan interview HRD. Sembari menunggu aku siapkan sebuah catatan kecil yang berisikan materiku intuk interview, seputar data diri, pengalaman, dan beberapa hal yang bersifat umum.


Setelah menunggu, aku mendapat giliran masuk keruang HRD. Nah disinilah aku bener-bener shock, bukan karena harus menjalani interview tapi karena HRD-nya ayu tenan (cantik sekali) dan yang jelas masih muda banget. Pertama yang aku lakukan adalah menjabat tanganya dengan gemeteran, secara bersamaan aku mengucap namaku dan beliau menyebutkan namanya juga. Interview waktu itu dilakukan secara jamak/lebih dari satu, waktu itu per-tiga orang dipersilahkan masuk secara bersamaan, tapi proses interview dilakukan secara bergantian. Jadi, tiga peserta yang dihadapkan satu HRD itu mulai di-interview bergantian, salah satu peserta diminta mengajukan diri untuk melakukan interview pertama kali tapi aku lebih memilih untuk melakukan giliran terakhir.

Saat mulai interview pertama dengan peserta yang mengajukan diri tadi, aku sempat heran karena ada beberapa pertanyaan yang terlalu spesifik layaknya pertanyaan interview user. Ketika mendengar pertanyaan seperti itu aku sudah mulai kacau karena yang aku siapkan hanya seputar jawaban umum. Sembari menunggu giliran, aku mulai berfikir keras untuk memperkirakan jawaban yang nantinya akan ditanyakan, ya hasilnya aku tetap gak bisa memikirkan jawaban yang baik.

Setelah beberapa menit melakukan interview dengan peserta pertama dan kedua, akhirnya giliranku untuk melakukan interview. Sekali lagi aku berusaha memandang wajah HRD tersebut tapi rasanya berat banget, kalau kalian cowok pasti tahu sulitnya mandang wajah yang begitu indah. Meskipun begitu, proses interview tetap berjalan dan sesekali aku palingkan pandangan ke arah lain untuk mengurangi rasa nervous dan tegang. Pertanyaan diawal-awal masih seputar pertanyaan umum yang masih bisa aku jawab dengan mudah, lalu diakhir interview pertanyaan yang tidak ku kira ditanyakan, mengenai sistem kerja dari posisi yang aku lamar. Saat itu ada dua posisi yang aku lamar, pertama adalah digital media planner dan admin media social, tapi yang ditanyakan justru posisi yang kurang aku pahami yakni digital media planner, imbasnya aku hanya bisa menjawab dengan sedikit ngarang.

Beberapa pertanyaan sudah diajukan kepadaku dan aku jawab dengan kurang baik tapi entah kenapa aku dengan peserta yang lain masih dipersilahkan untuk melanjutkan ketahap interview user. Saat itu aku mensyukuri kondisi itu karena tenyata masih ada jalan untuk melangka lagi. Setelah itu aku menunggu giliran kembali untuk melakukan interview user, disini aku benar-benar sadar bahwa pertanyaan yang diajukan jelas lebih spesifik. Oleh karena itu, aku menyiapkan sebuah catatan atau coretan yang benar-benar terkonsep mengenai posisi yang aku lamar, beberapa materi aku dapat dari hasil brosing karena cara itu adalah yang paling favorite bagi mahasiswa dan mantan mahasiswa seperti aku. Semua materi memang sengaja aku siapkan secara mendadak karena aku akan merasa lebih mudah ingat dan menguasai materi itu saat masih fresh di dalam pikiranku.

Tidak lama setelah aku menulis materi aku dipanggil untuk masuk ruangan interview user, kali ini user yang aku hadapi adalah satu jenis denganku yakni laki-laki. Sedikit lebih legah karena usernya cowok dengan seperti itu rasa nervous akan lebih mudah teratasi. Seperti halnya interview HRD tadi, aku selalu menjabat tangan mereka dan memperkenalkan diri. Proses interview-pun sistemnya sama dengan HRD tadi, jadi tiga orang dihadapkan satu user. Kali ini aku mengajukan diri untuk mendapat giliran interview kedua dengan harapan dapat mendengarkan pola pertanyaan dari peserta pertama dan bisa aku antisipasi saat giliranku.

Akhirnya giliranku tiba, beberapa pertanyaan intro selalu ditanyakan setiap kali interview. Sama seperti saat interview HRD tadi, intro yang selalu ditanya soal lulusan mana. pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang membuat beberapa hal dalam diriku akan berkurang. Jelas saja berkurang karena aku adalah lulusan Universitas Trunojoyo dan aku yakin hanya sedikit diantara pembaca yang tahu soal kampusku ini. Walau kampusku sudah berstatus PTN tapi tetap saja secara sadar atau tidak jika seorang interviewer tidak mengenal kampusku, mereka pasti langsung menganggap bahwa kualitasku tidak lebih baik dari lulusan kampus yang memiliki nama.

Masih dalam pertanyaan intro, ada satu situasi di mana user membaca informasi organisasiku di situ tertulis bahwa aku tergabung dalam komunitas stand-up comedy di surabaya. Akibatnya aku diminta untuk melakukan sedikit pertunjukan stand-up comedy, meski aku rasa itu bukan stand-up comedy karena aku duduk dan penontonnya cuma satu orang user. Akupun melakukannya walau jujur dalam hati aku tidak merasa pantas melakukan itu karena sejatinya aku masih dalam tahap belajar, tapi aku tetap mencoba satu bit/joke sebagai pembuktian bahwa aku memang mengikuti komunitas walau gak aktif si. Nah saat awalnya si kak user ini bersemangat pengen denger komediku, langsunglah aku memulai dan beberapa saat kakak user-nya ketawa tapi kayaknya itu terpaksa. Selesai aku nge-jokes, aku coba ngelirik ke wajah user, ternyata emang tadi dia ketawanya dipaksa dan cenderung radak nunjukin bosen aja diwajahnya.

Mulailah kepada pertanyaan inti, ada pertanyaan yang masih aku ingat waktu itu mengenai studi kasus. Aku diminta untuk membuat sebuah perencanaan media terutama media digital, kemudian dilanjutkan dengan sanggahan mengenai cara mengatasi iklan dalam sebuah website agar tidak mengganggu pengunjung website. Pertanyaan dan sanggahan itu dapat aku jawab dengan cukup baik, rasanya jawabanku sudah kupertimbangkan dengan baik di dalam kepalaku, jadi semua sudah dalam kondisi yang terkendali dan aku merasa akan mendapat tempat dalam Trans Media nantinya. Selesai aku dan peserta ketiga interview, ada sedikit arahan dari user tersebut, dikatakan bahwa pengumuman hasil interview ini akan diumumkan paling lambat sebulan, kemudian aku dan peserta yang lain dipersilahkan pulang ke rumah masing-masing.

Begitulah kurang lebih ceritanya, sesudah aku menjalani interview yang kulakukan adalah menunggu pengumuman dan tetap melamar pekerjaan ke perusahaan lain. Sehubungan dengan pengumuman interview bisa dibaca lebih detail pada link ini (Hasil Recruitment Trans Media). Singkat cerita sudah tiba hari pengumuman dan aku dinyatakan tidak diterima oleh Trans Media, jelas kecewa tapi aku harus menerima ini karena sejatinya aku sudah terbiasa dengan penolakan wanita, jadi penolakan perusahaan bukanlah hal sulit bagiku.

Dari ceritaku tadi, aku mendapat pelajaran yang berharga yang perlu teman-teman pembaca untuk megetahuinya. Pertama saat akan menjalani interview sebaiknya menyiapkan beberapa pengetahuan di malam hari, carilah informasi seputar posisi kerja dan perusahaan, kemudian baca kembali di hari interview selama proses menunggu giliran masuk. Kedua kita harus lebih percaya diri saat menghadapi interviewer karena sejatinya mereka juga manusia seperti kita, tapi dalam percaya diri sebaiknya tetap terkendali dan tidak telalu over. Ketiga cukup sekian dan terima kasih sudah membaca artikel ini dan jangan bosen-bosen mampir ke sini untuk baca artikel-artikel yang lainnya.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home