Tuesday 2 February 2016

Sebuah Cerpen - Kisah Cinta untuk Indonesia

Matahari masih belum terlihat, namun pada hari minggu pagi itu ada seorang pemuda yang bernama Briyan berlari menuju Gelora Bung Karno. Dia bertujuan membeli tiket pertandingan final piala AFF. pemuda yang bernama Briyan ini sangat bangga dengan apa yang dimiliki Indonesia dan paling suka kalau ada TIMNAS sepak bola Indonesia sedang bertanding, mangkannya dia enggak mau kehabisan tiket final piala AFF yang akan bertanding pada hari sabtu.

Saat esok harinya, dia berangkat ke sekolahnya di SMA Merdeka dan sesampainya di sekolah Briyan dihentikan oleh salah satu teman yang memang sengaja meminta titipan tiket yang dibelinya kemarin.
“nih Sin tiket  lo” ucap Briyan sambil ngasihin tiket itu ke Sinyo.
“Iya thaks Yan. itu yang ditangan lo kok masih ada dua tiket, punya siapa itu?” tanya Sinyo sambil menunjuk tiket yang digenggam Briyan.
“Adah deh, ini urusan gue hehe” jawab Briyan dengan wajah malunya.

Ada seseorang cewek di bangku paling depan yang  sering ditatap oleh Briyan. Nama cewek itu adalah Rizta, dia terkenal cantik dan sudah banyak cowok yang ditolak saat nembak dia. Selain itu, Rizta sering mendapat peringkat satu di kelasnya. Jadi gak heran kalau Briyan suka sama Rizta.

‘Teeet’ bel istirahat berbunyi. Enggak pake lama Briyan langsung menuju ke bangku Rizta dan menawarkan tiket gratis buat nonton putaran babak Final piala AFF.
“Hai Riz”
“Iya ada apa ya Yan?”
“Riz, ini buat lo” Briyan menyodorkan tiketnya ke Rizta.
“Haah ini kan tiket piala AFF ya?” ucap Rizta dengan muka yang kebingungan.
“Iya, ini buat lo ! gue mau ngajak lo liat pertandingan itu nanti, gimana lo mau enggak?”
“Iya gue mau kok, malahan gue pengen banget liat pertandingan itu. Thanks ya Yan?” dengan senang hati Rizta menerima tawaran itu. Briyan langsung kegirangan karena memang jarang banget yang bisa mengajak Rizta keluar bareng.

Sejak disitu Briyan makin suka sama yang namanya Rizta. Dalam perjalanan pulang ‘Braaak’ Briyan tertabrak oleh montor.
“Aduh, enggak punya mata lo ya?” omongan Briyan tak terkontrol dan tiba-tiba montor yang menabrak Briyan berhenti.
Ternyata itu si Steven mantan kekasih Rizta yang masih pingin balikan sama Rizta. “Heeh awas lo kalau gue liat lo deketin Rizta lagi! Gue jamin lo gak bakalan selamet” Ucap Steven sambil berteriak.

Hari Selasa pada hari itu Briyan tidak masuk sekolah, dikarenakan kakinya mengalami cidera yang tidak memungkinkan untuk berjalan sampai ke sekolah. Di situ Steven mulai bertingkah, dia sering Mengganggu Rizta.
“Sayang apa kabar?” ucap Steven yang berniat menggoda Rizta.
“Apa-apaan sih lo?” teriak Rizta.
“Heeh bro jangan ganggu cewek. Cewek lo kan sudah banyak?” Sinyo melangkah menuju ke arah Steven dan berkata menggunakan nada yang menantang.
 “Rizta Sayang gue pergi dulu ya, soalnya di sini ada monyet yang ngerusak suasana” sindiran steven yang dilontarkan ke Sinyo, namun Sinyo gak peduli dengan sindiran itu. Setelah Steven pergi, Rizta langsung berterima kasih kepada Sinyo, setelah semua dirasa aman Sinyopun meninggalkan Rizta.

Hari gilir berganti, sudah dua hari Briyan gak masuk sekolah. setelah dua hari berlalu, akhirnya pada hari kamis Briyan bisa masuk sekolah kembali. Sinyo dan Rizta merekalah yang pertama kali menyambut kehadiran Briyan, dari situlah ketiganya mulai akrab. Belajar bersama sepanjang jam pelajaran dan bercanda bersama pada jam istirahat. pokoknya mereka selalu bersama di setiap senang ataupun duka.

Namun dalam kebersamaan mereka bertiga. Ternyata ada seseorang yang enggak suka dengan kebersamaan itu, ya pastinya itu adalah Steven.
“Kalau lo emang masih sayang sama nyawa lo, pergi dari Rizta sekarang!” perkataan Steven yang sedikit menantang.  Wajar kalau Steven gak takut, soalnya dia ngajak lima temannya sekaligus. Namun Briyan malah menantang balik.
“Kalau lo memang cowok? Ya ayok dua lawan dua!”.
Stevenpun enggak peduli sama omongan Briyan, dan enggak pake lama Briyan dan Sinyo dihajar.  Kalau kayak gitu caranya jelas Briyan dan Sinyo kalah, kan mereka kalah jumlah.

Muka mereka berdua bonyok. Melihat muka dua sahabat cowoknya terluka, Rizta langsung memanggil anak PMR. Datanglah seorang cewek yang boleh dikata lumayan cantik. Setelah meraka diberi pertolongan pertama, eh enggak nyangka Sinyo langsung minta nomor Handphone cewek PMR itu.
“Gue minta nomor Handphone lo dong?”.
“Gilak lo hahaha belom kenal kok minta nomor Handphone?” jawab cewek itu disaat dia sedang tertawa.
“Ups gue lupa, okay deh kenalin gue Sinyo”
“Kalau nama gue Leha, lo mau ngapain kok tadi minta nomor Handphone gue?”
“lo anak kelas IPA kan? Ya cuma pengen menambah teman saja, boleh kan?” ucap Sinyo dengan memohon.
“iya bener, boleh kok, ini nomor gue” dengan memperlihatkan nomor handphonenya ke arah Sinyo.

Kurang beberapa hari lagi Final Piala AFF dimulai. Ada satu sosok cowok berparas tampan enggak sabar menunggu hari itu datang, sosok itu pastinya ya Briyan. Dia juga gak sabar pengen duduk berdua dengan Rizta saat laga final itu berjalan. Malam itu Briyan selalu membayangkan pertandingan dan berkata di dalam hati “Indonesia, Indonesia” dia mengulang terus menerus dan berharap Indonesia bisa menang. Dibalik itu semua Rizta juga enggak sabar dengan final AFF itu.

Seperti biasanya tiga sahabat itu selalu berbicara tentang Indonesia. Maklumlah mereka sangat peduli sama yang namanya Negara ini, kan mereka bertiga punya rasa cinta terhadap tanah air Indonesia. Selain itu, mereka bercita-cita untuk mengharumkan dan memajukan Negara ini.

Saat jam istirahat, ada seorang cewek yang tiba-tiba menyapa Sinyo “Hei” dan saat Sinyo menoleh, ternyata itu adalah Leha.
“Iya ada apa ya?” ucap Sinyo sambil tersenyum.
“Kemana dua teman lo itu?” Tanya Leha kepada Sinyo.
“Mereka lagi ke kantin, apakah ada yang bisa gue bantu?” Sinyo menatap Leha dengan berharap akan dijawab.
“Hmmm” Cuma kata itu yang keluar dari mulut Leha. Mungkin Leha masih berpikir untuk menjawab pertanyaan dari Sinyo dan Sinyopun makin penasaran, pertanyaan itu diucapkan sampai tiga kali.
“Enggak , gue Cuma penasaran sama dua teman lo itu” karena si Leha kebingungan ngomong, akhirnya leha langsung pergi.

Tiba waktunya untuk pulang sekolah. Namun Briyan dan Sinyo masih belum berajak pulang, meraka malah sibuk ngerjakan sesuatu di dalam kelas. Ternyata yang mereka sibukkan adalah peroperti buat dukungan TIMNAS di hari sabtu.
“Lo buat ap yan?” Tanya Sinyo sambil sibuk membuat peroperti.
“Gue Cuma buat tulisan, I Love Indonesia” jawab Briyan.
“Oh, yaudah lanjutin saja pekerjaan lo”

Saat Briyan dan Sinyo sibuk dengan pekerjaan mereka, eh tak disangka seorang Steven menghampirin mereka berdua.
“Ngapain lo?” Ucap si Sinyo.
“Gue Cuma mau minta maaf sama kalian berdua” dengan senyum yang tulus Steven mengucap kata itu.
“Haah apa? Lo serius?” Ucap Briyan yang memandang Steven dengan tak percaya.
“Iya gue Serius, soalnya gue sudah sadar sob, kalau memang Rizta uda gak ada perasaan lagi sama gue. Jadi gue minta maaf kalau selama ini gue buat kalian resah”
“Okey gue maafin” Briyan dan Sinyo yang berkata kompak.
“Thanks ya? Ohya sekalian gue mau pamit, because gue harus balik ke Surabaya”
“Iya siip deh, kalau gitu semoga selamat deh sampai tujuan” Ucap Briyan.
Steven pun berangkat ke surabaya pada hari itu juga. sebenarnya dia gak mau kalau harus ninggalin Jakarta, tetapi karena kakeknya yang di Surabaya mengalami sakit. Maka Steven harus kembali ke Surabaya untuk menjenguk kakeknya.

Tibalah Hari final kejuaraan AFF. Briyan dan Sinyo langsung berangkat bersama ke Gelora Bung Karno. Suasan di depan Gelora Sangatlah ramai hingga Briyan dan Sinyo susah untuk menemukan Rizta, Namun beberapa saat kemudian Rizta melihat mereka berdua sedang Terdiam bingung.
“Heeei” Teriak Rizta menggunakan suara yang keras.
“Iya Riz? Lo cantik banget hari ini” pujian yang keluar dari mulut Briyan.
“Apa sih, biasa saja kali hehe, ohya gue minta maaf kalau gue gak punya baju TIMNAS jadi gue pake baju batik”
“Yealah, gakpapa kok” kata Sinyo.
“Iya Riz, lo juga keliatan makin cantik kalau pake baju batik” Ucapan Briyan yang memotong perkataan Sinyo.

Tidak lama kemudian mereka bertiga masuk kedalam Gelora Bung Karno. Namun, saat antrian masuk Sinyo terpisah dari Briyan dan juga Rizta. Saat Sinyo terpisah tak disangka dia melihat Leha yang sedang duduk terdiam di teribun penonton.
“Leha? Lo berangkat sama siapa?”
“Haaah Sinyo? Lo bikin gue kaget aja, Iya gue sendirian”
“Kok sendirian? Gak takut ada yang gangguin loe ta?” Sinyo bertanya seperti itu dikarenakan kawatir.
“Enggak, sebenarnya gue kesini sama cowok gue tapi dia malah gak jadi dateng” Lehapun kepikiran Cowoknya dan mulai ngesara males.
“Oh yauda sini biar gue temanin, jangan bete lagi ya? hehehe”
Di tengah-tengah teribun Penonton, Terlihat Briyan dan Rizta sedang menunggu TIMNAS memasuki lapangan. Beberapa menit kemudian TIMNAS memasuki lapangan dan tak lama kemudian Lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Seluruh Teribun menyanyikannya dengan kompak termasuk Briyan dan Rizta.

Lagu sudah selesai dinyanyikan. Suara Terompet, Drum dan Teriakan terdengar kencang. Semangat para pendukungpun semakin berkobar, Namun anehnya Briyan malah terdiam.
“Helo Briyan, Pertandingan sudah dimulai ni! Kok kamu Cuma diam saja sih?” ucap Rizta sambil melambaikan tangan di depan muka Briyan.
“Iya maaf, ada yang mau gue omongin sama lo”
“Ngomong apa ya Yan?”
“Gue itu sayang banget sama lo. Malah sejak kita awal berjumpa gue sudah suka sama lo dan gue ingin memiliki lo seutuhnyal! Lo mau kan jadi pacar gue?” wajah serius terlihat jelas pada ekspresi Briyan.

Rizta sedikit kebingungan, tapi melihat wajah briyan yang serius akhirnya Riztapun menjawab “Gue mau, gue juga sayang sama lo” dengan sepontan Rizta langsung memeluk Briyan. Tentunya moment itu adalah yang terindah bagi Briyan, telah sekian lama Briyan hanya mencintai tuhan, keluarga, dan Indonesia. Namun saat ini Briyan menemukan cintanya yang baru bersama Rizta.

Tak berapa lama Sinyo dan Leha bisa bertemu dengan Briyan dan Rizta. Briyan sedikit cerita kepada sahabat cowoknya bahwa dirinya barusan saja jadian dengan Rizta. Akhirnya mereka berempat berkumpul, “Priiit” Peluit babak pertama dibunyikan.
“Indonesiiiiaaaa, lo pasti Bisa” teriak Briyan dengan sangat keras. Hingga orang di sekelilingnya menoleh, termasuk Pacarnya sendiri.
“Hehehe Sory kalau teriakan gue terlalu keras?” kata maaf dari Briyan untuk orang yang terganggunya.
Mereka berempatpun menyaksikan pertandingan itu dan didalam hati Briyan berkata “Semoga Indonesia bisa mendapat gelar juaran. Selain itu, semoga Indonesia juga bisa semakin maju dibidang apapun dan semoga juga hubungan gue sama Rizta bisa lanjut sampai ke pernikahan, amiin”.

Selesai

Cerita ini ditulis ketika aku masih duduk di bangku SMA Hang Tuah 1, Surabaya. Jadi maklum kalau ceritanya masih alay. Harapanku, semoga cerita tersebut dapat menghibur semua pembaca.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home